Kamalsuraba's Blog

Berbagi ilmu melalui blog

Ilmu Melahirkan Amalan

Ilmu Melahirkan Amalan

Keutamaan Ilmu

Imam Ahmad mengatakan, “Menuntut ilmu dan mengajarkannya lebih utama daripada berjihad dan amal sunnah lainnya.” Karena ilmu itu adalah asas dan pokok segala urusan, bahkan dia merupakan ibadah paling agung serta kewajiban kolektif (fardhu kifayah) yang paling ditekankan. Bahkan dengan ilmulah Islam dan kaum muslimin tetap hidup.

Adapun ibadah-ibadah sunnah hanya akan memberikan manfaat bagi diri pelakunya sendiri dan tidak mengenai orang lain. Ilmu itulah warisan yang ditinggalkan para Nabi dan cahaya yang akan menerangi hati. Orang yang mewarisinya adalah golongan Allah dan pembela-Nya, mereka adalah orang yang paling utama di sisi Allah, paling dekat dengan-Nya, paling takut kepada-Nya serta paling tinggi derajatnya.” (lihat Hasyiyah Tsalatsatul Ushul, hal. 11)

Ibarat Pohon yang Tak Berbuah

Namun ingat, bahwa ilmu yang dimaksud di sini adalah ilmu yang membuahkan amalan, itulah ilmu yang bermanfaat.

Syaikh Abdurrahman bin Qasim An Najdi rahimahullah mengatakan, “Amal adalah buah dari ilmu. Ilmu itu dicari demi mencapai sesuatu yang lain. Fungsi ilmu ibarat sebatang pohon, sedangkan amalan seperti buahnya. Maka setelah mengetahui ajaran agama Islam seseorang harus menyertainya dengan amalan. Sebab orang yang berilmu akan tetapi tidak beramal dengannya lebih jelek keadaannya daripada orang bodoh.

Di dalam hadits disebutkan, “Orang yang paling keras siksanya adalah seorang berilmu dan tidak diberi manfaat oleh Allah dengan sebab ilmunya.” Orang semacam inilah yang termasuk satu di antara tiga orang yang dijadikan sebagai bahan bakar pertama-tama untuk menyalakan api neraka.

Di dalam sebuah sya’ir dikatakan,

Orang alim yang tidak mau

Mengamalkan ilmunya

Mereka akan disiksa sebelum

Disiksanya para penyembah berhala. (lihat Hasyiyah Tsalatsatul Ushul, hal. 12)

Ancaman Bagi Orang yang Berilmu Tapi Tidak Beramal

Syaikh Nu’man bin Abdul Karim Al Watr mengatakan, “Di dalam al-Qur’an Allah ta’ala sering sekali menyebutkan amal shalih beriringan dengan iman. Allah juga mencela orang-orang yang mengatakan apa-apa yang mereka tidak kerjakan. Dan Allah mengabarkan bahwa perbuatan seperti itu sangat dimurkai-Nya.

Allah berfirman (yang artinya), “Wahai orang-orang yang beriman, kenapa kalian mengatakan apa yang tidak kalian kerjakan. Sungguh besar kemurkaan di sisi Allah karena kalian mengatakan apa-apa yang tidak kalian kerjakan.” (QS. Ash Shaff [61]: 2-3)

Di dalam shahih Bukhari dan Muslim diriwayatkan hadits Usamah bin Zaid, dia berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pada hari kiamat nanti akan ada seseorang yang didatangkan kemudian dilemparkan ke dalam neraka. Isi perutnya terburai, sehingga ia berputar-putar sebagaimana berputarnya keledai yang menggerakkan penggilingan. Penduduk neraka pun berkumpul mengerumuninya. Mereka bertanya, ‘Wahai fulan, apakah yang terjadi pada dirimu? Bukankah dahulu engkau memerintahkan kami untuk berbuat kebaikan dan melarang kami dari kemungkaran?’. Dia menjawab, ‘Dahulu aku memerintahkan kalian berbuat baik akan tetapi aku tidak mengerjakannya. Dan aku melarang kemungkaran sedangkan aku sendiri justru melakukannya’.”

Oleh sebab itu ilmu harus diamalkan. Shalat harus ditegakkan. Zakat juga harus ditunaikan, dan lain sebagainya. Karena sesungguhnya Allah tidak memiliki tujuan lain dalam menciptakan makhluk kecuali supaya mereka beribadah kepada-Nya. Allah berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku” (QS. Adz Dzariyaat [51]: 56)” (Lihat Taisirul Wushul, hal. 10)

Berilmu Tidak Beramal Menyerupai Kaum Yahudi

Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Maksud perkataan beliau (Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab), “Beramal dengannya” adalah beramal dengan perkara-perkara yang dituntut oleh ilmu ini, yaitu beriman kepada Allah, menaati-Nya dengan cara melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Beramal dengan ibadah yang khusus maupun ibadah yang berdampak keluar. Ibadah yang khusus seperti shalat, puasa dan haji. Sedangkan ibadah yang berdampak keluar ialah seperti beramar ma’ruf dan nahi munkar, berjihad di jalan Allah dan lain sebagainya.

Pada hakikatnya amal adalah buah ilmu. Barang siapa yang beramal tanpa ilmu maka dia telah menyerupai orang Nasrani. Dan barang siapa yang berilmu tapi tidak beramal maka dia telah menyerupai orang Yahudi.” (Lihat Syarhu Tsalatsatul Ushul, hal. 22)

Belum Layak Disebut ‘Alim Jika Belum Beramal

Syaikh Abdullah bin Shalih Al Fauzan hafizhahullah berkata, “Ilmu tidaklah dituntut melainkan supaya diamalkan. Yaitu dengan mewujudkan ilmu dalam praktek nyata, yang tampak dalam bentuk pola pikir seseorang dan perilakunya. Terdapat nash-nash syari’at yang mewajibkan untuk mengikuti ilmu dengan amalan dan agar akibat dari ilmu yang dipelajari muncul pada diri orang yang menuntut ilmu. Dan terdapat ancaman yang keras terhadap orang yang tidak beramal dengan ilmunya. Dan begitu pula bagi orang yang tidak memulai perbaikan dari dirinya sendiri sebelum memperbaiki diri orang lain. Dan dalil-dalil tentang hal itu sudah sangat populer dan dikenal.

Sungguh indah ucapan Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah, “Seorang ‘Aalim itu masih dianggap Jaahil (bodoh) apabila dia belum beramal dengan ilmunya. Apabila dia sudah mengamalkan ilmunya maka jadilah dia seorang yang benar-benar ‘Aalim.”

Ini adalah ungkapan yang sangat tepat. Karena apabila seseorang memiliki ilmu, akan tetapi dia tidak mengamalkan ilmu tersebut maka dia tetaplah disebut jahil. Sebab tidak ada perbedaan antara keadaan dirinya dengan keadaan orang yang jahil. Apabila dia berilmu tetapi tidak mengamalkannya maka orang yang alim itu belumlah pantas disebut sebagai orang berilmu yang sesungguhnya, kecuali bila di sudah beramal dengan ilmunya.” (Hushulul Ma’mul, hal. 16)

Beramal Adalah Sarana Mempertahankan Ilmu

Syaikh Abdullah bin Shalih Al Fauzan hafizhahullah berkata, “Kemudian perlu dimengerti pula bahwa sebenarnya beramal itu juga termasuk penyebab ilmu tetap ada dan bertahan. Oleh sebab itulah, dapat anda jumpai bahwa orang yang beramal dengan ilmunya akan mudah mengeluarkan ilmunya kapanpun dia mau.

Adapun orang yang tidak beramal dengan ilmunya maka ilmu yang didapatkannya sangat cepat hilang. Sebagian ulama salaf mengatakan, “Dahulu kami mencari sarana pendukung dalam rangka menghafalkan hadits dengan cara mengamalkannya.”

Selain itu, ulama lain mengatakan, “Barang siapa yang mengamalkan ilmu yang diketahuinya niscaya Allah akan mewariskan kepadanya ilmu lain yang belum dia ketahui. Dan barang siapa yang tidak beramal dengan ilmu yang sudah diketahuinya maka sangat dikhawatirkan Allah akan melenyapkan ilmu yang dimilikinya.”

Perkataan ini dianggap hadits oleh sebagian orang, padahal sebenarnya itu bukan hadits. Sebab itu hanyalah ungkapan yang disebutkan Syaikhul Islam rahimahullah. Makna dari kalimat ‘Allah akan mewariskan kepadanya ilmu yang belum dimilikinya’ adalah Allah akan menambahkan keimanan dan menyinari pandangan mata hatinya serta membukakan baginya berbagai jenis ilmu dan cabang-cabangnya.

Oleh sebab itulah anda temukan orang alim yang senantiasa beramal terus mendapatkan peningkatan dan memperoleh limpahan barakah dari Allah dalam hal waktu dan ilmunya. Dalil pernyataan ini terdapat di dalam kitabullah. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan orang-orang yang tetap mencari petunjuk maka Allah akan tambahkan kepada mereka petunjuk dan Allah anugerahkan kepada mereka ketakwaan.” (QS. Muhammad [47]: 17)

Asy Syaukani mengatakan, “Artinya Allah pasti akan menambahkan kepada mereka keimanan, dan ilmu serta bashirah dalam beragama. Sehingga maknanya orang-orang yang mencari hidayah dengan meniti jalan kebaikan, beriman kepada Allah, dan mengamalkan perintah-Nya niscaya Allah akan tambahkan keimanan, ilmu dan bashirah dalam beragama kepada mereka”. Maka seorang muslim hendaknya mengenali urgensi mengamalkan ilmu.” (Hushulul Ma’mul, hal. 17)

Ilmu Akan Menjadi Pembela Atau Penentangmu

Syaikh Abdullah bin Shalih Al Fauzan hafizhahullah berkata, “Dan hendaknya diingat bahwa seseorang yang tidak beramal dengan ilmunya maka ilmunya itu kelak akan menjadi bukti yang menjatuhkannya.

Hal ini sebagaimana terdapat dalam hadits Abu Barzah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Kedua telapak kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada hari kiamat sampai dia akan ditanya tentang empat perkara, diantaranya adalah tentang ilmunya, apa yang sudah diamalkannya.”

Ini bukan hanya berlaku bagi para ulama saja, sebagaimana anggapan sebagian orang. Akan tetapi semua orang yang mengetahui suatu perkara agama maka itu berarti telah tegak padanya hujjah. Apabila seseorang memperoleh suatu pelajaran dari sebuah pengajian atau khutbah Jum’at yang di dalamnya dia mendapatkan peringatan dari suatu kemaksiatan yang dikerjakannya sehingga dia pun mengetahui bahwa kemaksiatan yang dilakukannya itu adalah haram maka ini juga ilmu. Sehingga hujjah juga sudah tegak dengan apa yang didengarnya tersebut.

Dan terdapat hadits yang sah dari Abu Musa Al Asy’ari radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dan al-Qur’an itu adalah hujjah bagimu atau hujjah untuk menjatuhkan dirimu.” (HR. Muslim)” (Hushulul Ma’mul, hal. 18)

Hukum Bila Ilmu Tidak Diamalkan

Syaikh Shalih bin Abdul ‘Aziz Alusy Syaikh hafizhahullah berkata, “Beramal dengan ilmu itu ada yang apabila ditinggalkan menyebabkan kekafiran, ada pula yang menyebabkan terjatuh dalam kemaksiatan, dan ada pula yang membuat dirinya terjatuh dalam perkara yang makruh, dan ada juga yang apabila ditinggalkan boleh. Lantas bagaimanakah maksudnya ?

Ilmu itu terbagi menjadi beberapa bagian. Ilmu tentang tauhid, yaitu meyakini bahwasanya Allah sajalah yang berhak diibadahi. Maka apabila seorang hamba mengetahui ilmu ini lalu tidak beramal dengan ilmu ini sehingga dia berbuat syirik kepada Allah jalla wa ‘ala maka ilmunya itu tidak akan bermanfaat baginya. Maka pada saat semacam itu bagi dirinya meninggalkan amalan menyebabkan dia kafir.

Dan terkadang bisa dikategorikan maksiat yaitu misalnya apabila seseorang mengetahui bahwa khamr haram diminum, dijual, dibeli, memberikan, memintanya, dan seterusnya. Kemudian dia menyelisihi ilmu yang dimilikinya padahal dia mengetahui keharamannya, tetapi dia tetap nekat melakukannya. Maka tindakannya ini dikategorikan kemaksiatan. Artinya dia telah terjatuh dalam dosa besar.

Dalam pembahasan ini, ada pula ilmu yang apabila tidak diamalkan dihukumi sebagai hal yang makruh. Seperti contohnya apabila seseorang mengetahui bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan shalat dengan tata cara tertentu yang termasuk sunnah-sunnah shalat kemudian dia tidak mengamalkannya maka ini makruh hukumnya. Karena dia telah meninggalkan sebuah amal sunnah, bukan wajib. Sehingga hukum meninggalkannya adalah makruh saja sedangkan mengamalkannya hukumnya mustahab.

Dan terkadang beramal dengan ilmu itu mubah saja begitu pula mubah meninggalkannya. Seperti perkara-perkara mubah dan adat dan semacamnya. Seperti misalnya apabila sampai kepada kita hadits bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memakai pakaian dengan model tertentu, atau cara berjalan beliau adalah demikian dan demikian. Perkara-perkara ini adalah perkara manusiawi dan kebiasaan saja, sebagaimana sudah kita pelajari bahwa hal seperti ini tidak termasuk perkara yang kita diperintahkan untuk menirunya. Sehingga tidak mengerjakannya adalah mubah sebab seorang muslim memang tidak diperintahkan untuk meniru perkara-perkara semacam ini. Yaitu perkara-perkara seperti tata cara berjalan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, suaranya, atau hal-hal lain yang termasuk perkara manusiawi dan kebiasaan saja yang dilakukan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sehingga mengamalkan hal itu mubah saja. Dan terkadang bisa juga diberi pahala apabila disertai niat ingin meneladani beliau. Karena itulah maka meninggalkan amal dalam hal ini juga mubah…” (Syarh Kitab Tsalatsatul Ushul, hal. 5)

Mengamalkan Ilmu Adalah Ciri Penuntut Ilmu Sejati

Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Ustaimin rahimahullah menyebutkan bahwa salah satu adab yang harus dimiliki oleh penuntut ilmu adalah mengamalkan ilmu yang dimiliki. Beliau mengatakan, “Sudah seyogyanya penuntut ilmu beramal dengan ilmunya, baik yang terkait dengan masalah akidah, akhlak, adab maupun muamalah. Karena sesungguhnya inilah buah ilmu dan hasil yang bisa dipetik darinya.

“Seseorang yang membawa ilmu itu seperti orang yang membawa senjata. Bisa jadi senjata itu membelanya atau justru berbalik mengenai dirinya. Oleh sebab itulah terdapat sebuah hadits shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda, “Al-Qur’an adalah hujjah pembelamu atau yang menjatuhkanmu.” (HR. Muslim). Al-Qur’an akan membelamu jika kamu beramal dengannya. Dan dia akan berubah menjadi musuhmu apabila kamu tidak mengamalkannya…” (Kitabul ‘Ilmi, hal. 32)

Mengamalkan Ilmu Adalah Ciri Da’i Sejati

Syaikh Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullah mengatakan, “Salah satu akhlak dan sifat yang semestinya bahkan wajib dimiliki oleh da’i adalah beramal dengan isi dakwahnya. Dan hendaknya dia bisa menjadi teladan yang baik dalam perkara yang didakwahkannya. Bukan termasuk orang yang mengajak kepada sesuatu kemudian meninggalkannya. Atau melarang sesuatu tetapi kemudian dia sendiri justru melakukannya. Ini adalah keadaan orang-orang yang merugi, kita berlindung kepada Allah darinya.

Adapun keadaan orang-orang yang beriman dan beruntung adalah menjadi da’i kebenaran, mereka mengamalkan ajakannya, bersemangat melakukannya, bersegera mengerjakannya serta berusaha menjauhi perkara yang dilarangnya. Allah jalla wa ‘ala berfirman (yang artinya), “Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kalian mengatakan sesuatu yang kalian sendiri tidak mengerjakannya. Sungguh besar murka Allah atas perkataan kalian terhadap sesuatu yang kalian sendiri tidak kerjakan.” (QS. Ash Shaff [61]: 2-3)

Allah subhanahu wa ta’ala juga berfirman dalam konteks celaan terhadap kaum Yahudi karena mereka menyuruh orang untuk berbuat baik sementara mereka sendiri melupakan diri sendiri, “Apakah kalian menyuruh orang untuk mengerjakan kebaikan sedangkan kalian melupakan kewajiban diri kalian sendiri. Padahal kalian juga membaca Al Kitab. Tidakkah kalian memahami.” (QS. Al Baqarah [2]: 44)…” (Wujuubu Da’wah ilallaah wa Akhlaaqu Du’aat, hal. 52)

Mengamalkan Ilmu Adalah Bagian dari Shirathal Mustaqim

Setiap kali shalat kita senantiasa memohon petunjuk kepada Allah agar diberi hidayah menuju dan meniti jalan yang lurus atau shirathal mustaqim. Apakah yang dimaksud shirathal mustaqim ?

Syaikh Abdurrahman bin Naashir As Sa’di rahimahullah berkata, “(Shirathal Mustaqim) adalah jalan terang yang akan mengantarkan hamba menuju Allah dan masuk ke dalam Surga-Nya. Hakikat jalan itu adalah mengetahui kebenaran dan mengamalkannya…” (Taisir Karimir Rahman, hal. 39)

Kemudian Allah memperjelas hakikat shirathal mustaqim ini di dalam ayat berikutnya, “Yaitu jalan orang-orang yang Engkau beri nikmat kepada mereka, bukan jalan orang-orang yang dimurkai dan bukan pula jalan orang-orang yang sesat.” (QS. Al Fatihah)

Syaikh Abdurrahman bin Naashir As Sa’di rahimahullah berkata, “Shirathalladziina an’amta ‘alaihim adalah jalan para Nabi, orang-orang shiddiq, para syuhada’ dan orang-orang shalih. “Bukan” jalan “orang-orang yang dimurkai” yaitu orang-orang yang telah mengetahui kebenaran akan tetapi tidak mau mengamalkannya, seperti halnya orang Yahudi dan orang lain yang memiliki ciri seperti mereka. Bukan pula jalan “orang-orang yang sesat” yaitu orang-orang yang meninggalkan kebenaran di atas kebodohan dan kesesatan, seperti halnya orang Nasrani dan orang lain yang memiliki ciri seperti mereka.” (Taisir Karimir Rahman, hal. 39)

Oleh sebab itulah kita dituntunkan untuk selalu meminta hidayah kepada Allah; baik hidayah ilmu (hidayatul irsyad) maupun hidayah amal (hidayatu taufiq) minimal 17 kali sehari semalam.

Al Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Seandainya bukan karena betapa besar kebutuhan hamba untuk meminta hidayah sepanjang siang dan malam tentulah Allah tidak akan menuntunnya untuk melakukan hal itu.

Karena sesungguhnya seorang hamba senantiasa membutuhkan bimbingan Allah ta’ala pada setiap saat dan keadaan. Yaitu supaya dia memperoleh ketegaran di atas hidayah, mengokohkan diri di dalamnya, mendapatkan pencerahan, hidayah semakin bertambah dan terus menerus menyertai dirinya.

Karena seorang hamba tidak bisa menguasai barang sedikitpun manfaat maupun mudharat bagi dirinya sendiri, kecuali sebatas yang diinginkan Allah. Sehingga Allah ta’ala pun membimbingnya agar meminta petunjuk pada setiap waktu, yang dengan sebab itu Allah akan membentangkan pertolongan, ketegaran dan taufik kepadanya.

Maka orang yang berbahagia adalah orang yang diberi taufik oleh Allah ta’ala untuk selalu meminta petunjuk, karena Allah menjamin akan mengabulkan permintaan orang yang berdoa kepada-Nya. Terlebih lagi apabila orang yang meminta sedang berada dalam keadaan terjepit dan sangat merasa butuh kepada Allah, di waktu siang maupun malam… (Tafsir Ibnu Katsir, I/37-38)

Wallahul muwaffiq.

***

Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi

Artikel http://www.muslim.or.id

Juli 20, 2009 Posted by | Uncategorized | Tinggalkan komentar

PERBEDAAN SI SUKSES & SI GAGAL

PERBEDAAN SI SUKSES & SI GAGAL

Oleh : Imam Zuhair

Pembina Tahfidz A-Qur’an di Makkah Al-Mukarramah

Sesungguhnya di kehidupan ini banyak terdapat orang yang berhasil, begitu pula orang-orang yang gagal. Maka tentunya terdapat banyak perbedaan antara yang berhasil dengan gagal. Dan di antara perbedaan yang paling mendasar adalah :

  • Orang yang berhasil adalah mereka yang berfikir dalam memecahkan masalah, adapun orang yang gagal adalah yang berfikir di dalam masalah.
  • Orang yang berhasil tidak akan habis pola pikirnya, sedang orang yang gagal tidak akan habis udzurnya.
  • Orang yang berhasil akan membantu orang lain, sedang orang yang gagal adalah orang yang masih diprediksi ada bantuan dari mereka.
  • Orang yang berhasil melihat sebuah jalan keluyar dalam setiap masalah, sedang orang yang gagal melihat masalah dalam setiap jalan keluar.
  • Orang yang berhasil berkata : Jalan keluar itu sulit tapi mungkin dilakukan, sedang orang yang gagal mengatakan : Jalan keluar mungkin dilakukan tapi sulit.
  • Orang yang berhasil memiliki cita-cita yang akan diwujudkannya, sedangkan orang yang gagal memiliki angan-angan serta mimpi yang mengacaukannya.
  • Orang yang berhasil mengatakan : pergaulilah manusia dengan pergaulan yang kamu suka diperlakukan dengannya, sedang orang yang gagal berkata : tipulah manusia sebelum mereka menipumu.
  • Orang yang berhasil melihat adanya cita-cita yang akan dating, sedang yang gagal melihat rasa sakit di dalamnya.
  • Orang yang berhasil melihat ke masa yang akan datang dan merencanakan langkah-langkah yang mungkin dilakukan, sedang orang yang gagal melihat ke masa lalu dan merencanakan langkah-langkah yang mustahil dilakukan.
  • Orang yang berhasil memilih apa yang dia katakan, sedang yang gagal mengatakan apa yang dia pilih.
  • Orang yang berhasil berdebat dengan kemampuan dan gaya bahasa yang lembut sedang yang gagal berdebat dengan kelemahan serta gaya bahasa yang kasar.
  • Orang yang berhasil berpegang dengan perkara yang bernilai dan meninggalkan perkara yang kecil, sedang yang gagal bergantung kepada perkara kecil dan meninggalkan perkara yang bernilai.
  • Orang yang berhasil membuat peristiwa, sedang yang gagal dibentuk oleh peristiwa.

Dikutip dari Majalah Qiblati Vo.02 / No.01 / 10-2006M / 09-1427H

Juli 20, 2009 Posted by | Uncategorized | Tinggalkan komentar

Begini Seharusnya Bernasihat

Begini Seharusnya Bernasihat
Dalam sebuah riwayat disebutkan, Hasan dan Husein radhiyallahu   ‘anhuma berjalan melewati seorang lelaki tua yang sedang berwudhu, tapi tidak menyempurnakan wudhunya. Maka mereka berdua sepakat untuk menasihati orang tua tersebut dan mengajarinya tata cara berwudhu yang benar.
Beginilah Hasan dan Husein menasihati orang tua tersebut: Keduanya berkata, “Wahai, Paman! Coba perhatikan, siapa di antara kami yang paling sempurna wudhunya?” Kemudian keduanya berwudhu. Lelaki tua itu melihat keduanya berwudhu dengan sempurna. Akhirnya, dia pun sadar, sebenarnya dirinyalah yang tidak sempurna dalam berwudhu. Maka lelaki tua itu pun berterima kasih kepada Hasan dan Husein atas nasihat mereka berdua. Nasihat yang tidak melukai perasaannya sebagai orang yang lebih tua.

Di antara Tiang Islam Adalah Nasihat
Allah سبحانه وتعلى berfirman, artinya:

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al ‘Ashr: 1-3).
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda,
الدِّينُ النَّصِيحَةُ قُلْنَا لِمَنْ قَالَ لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُولِهِ وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِ
“Agama itu adalah nasihat.” Kami bertanya, “Kepada siapa?” Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda, “Untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, imam-imam kaum Muslimin dan bagi kaum Muslimin umumnya.” (HR. Muslim).

Dari Jarir bin Abdullah radhiyallahu   ‘anhu, ia berkata,
بَايَعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى إِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَالنُّصْحِ لِكُلِّ مُسْلِم[
“Saya membaiat Rasulullah صلى الله عليه وسلم untuk menunaikan shalat, membayar zakat, dan bernasihat kepada seluruh kaum Muslimin.” (Muttafaqun ‘alaihi).

Kewajiban seorang Muslim ketika melihat saudaranya salah dalam suatu masalah, atau ijtihad, atau tingkah lakunya adalah mendatanginya dan menasihatinya dengan kelemahlembutan. Jika maksudnya betul-betul ingin menasihati saudaranya. Tapi, jika yang diinginkannya hanyalah fitnah dan tuduhan kepada saudaranya, maka Allah I Mahamengetahui apa yang tersembunyi di hati.

Ali radhiyallahu  ‘anhu pernah berkata,

« الْمُؤْمِنُوْنَ نَصَحَةٌ وَالْمُنَافِقُوْنََ غَشَشَةٌ »

“Orang-orang Mukmin itu jujur (memberi nasihat) kepada saudaranya, sedangkan orang-orang munafik berlaku curang”

Maka jika Anda melihat ada orang yang mengkritik saudaranya dan memperbincang-kannya dalam majelis-majelis terbuka, tapi tidak berani menasihatinya di hadapannya, maka mereka itu adalah para penipu yang mengatasnamakan pembelaan terhadap Allah dan Rasul-Nya.

Imam Syafi’i berkata,
تَغَمَّدَني بنُصْحِــكَ فــي انفـــِرادِي
وجَنِّبْنِــي النصيحــةَ فِــي الجَمَاعةْ
فـإنَّ النُّصْــحَ بَيـْن النــاسِ نــوعٌ
مــن التـَّوْبيخ لا أَرْضَى اســتِمَـاعَه
فإن خالفتني وعصيتَ أمري
فلا تجزع إذا لم تُعْطَ طاعة

“Hendaklah engkau sengaja mendatangiku untuk memberi nasehat ketika aku sendirian
Hindarilah memberikan nasehat kepadaku di tengah khalayak ramai
Karena sesungguhnya memberi nasehat di hadapan banyak orang
Sama saja dengan memburuk-burukkan, saya tidak suka mendengarnya
Jika engkau menyalahi saya dan tidak mengikuti ucapanku
Maka jangalah engkau kaget apabila nasehatmu tidak ditaati.”

ETIKA BERNASIHAT
Seorang pemberi nasihat dalam menyampaikan nasihat-nasihatnya, harus memperhatikan beberapa hal, khususnya jika yang akan dinasihatinya adalah seorang ulama atau da’i. Ulama maupun da’i adalah manusia biasa, bisa salah bisa pula benar.

Dari Anas radhiyallahu   ‘anhu, Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda,
]كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ[
“Setiap keturunan Adam bersalah. Dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah yang bertaubat.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Keyakinan kita, para sahabat radhiyallahu  ‘anhu dengan segala keutamaan dan kemuliaan mereka bukanlah orang-orang yang maksum. Maka bagaimana mungkin kita menganggap para ulama atau duat itu maksum?

Di antara adab dalam bernasihat adalah:

1. Ikhlas
Ini adalah perkara hati, berkaitan dengan motivasi Anda dalam menyampaikan nasihat kepada seseorang. Lisan bisa saja berkata, “Saya menasihati Anda ikhlas karena Allah.” Namun hakekatnya, hanya Allah yang tahu, kemudian Anda sendiri.

Untuk mengungkap hakekat dari motivasi Anda dalam memberikan nasihat, serta untuk menjaga keikhlasan dalam hati Anda, sebelum menyampaikan nasihat, mari kita jawab pertanyaan-pertanyaan berikut:

a. Apakah Anda cinta karena Allah kepada saudara Anda yang akan Anda nasihati? Jika Anda cinta kepadanya, maka ini adalah alamat yang baik. Namun jika tidak, maka lanjutkan dengan menjawab pertanyaan berikut;

b. Apakah Anda berharap, jika saja ada orang lain yang siap menyampaikan nasihat yang sama kepada orang yang akan Anda nasihati? Jika jawabannya adalah “ya”, maka pertanda yang baik. Tapi, jika jawabannya justru sebaliknya, maka teruskan menjawab pertanyaan selanjutnya.

c. Apakah Anda merasa terenyuh dengan keadaan orang yang akan Anda nasihati, atau Anda justru merasa senang dan Anda menganggap ini adalah kesempatan untuk menasihatinya? Jika jawabannya adalah Anda merasa terenyuh, maka ini adalah sebuah pertanda yang baik. Namun jika jawabannya adalah “tidak”, maka lanjutkan dengan menjawab soal berikut ini,

d. Apakah Anda berharap, sekiranya Anda menemukan kesempatan untuk menyampaikan nasihat itu dalam keadaan Anda hanya berdua dengannya? Jika jawabannya “ya”, maka pertanda baik. Jika tidak demikian, maka lanjutkan dengan pertanyaan berikut,

e. Apakah jika hal itu dilakukan oleh orang yang paling Anda cintai, Anda pun akan menasihatinya dengan cara yang sama? Kalau jawaban Anda adalah, “Ya”, maka alhamdulillah, ini adalah sebuah kebaikan. Jika tidak, maka mari kita renungkan peringatan-peringatan penting berikut ini:

Ikhlas adalah syarat diterimanya suatu amalan. Dari Umar bin Khatthab radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda,
] إِنَّمَا الأَعْمالُ بِالنِّيَاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى [

“Sesungguhnya setiap amal perbuatan itu hanyalah tergantung pada niat, dan sesungguhnya bagi setiap orang hanya memperoleh (sesuai) apa yang ia niatkan.” (Muttafaqun ‘alaihi).

Dari Abu Umamah , Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda,

]إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبَلُ مِنْ الْعَمَلِ إِلَّا مَا كَانَ لَهُ خَالِصًا وَابْتُغِيَ بِهِ وَجْهُهُ[

“Sesungguhnya Allah tidak akan menerima amal seseorang kecuali didasari keikhlasan dan mengharapkan wajah Allah.” (HR. Abu Dawud, An-Nasai, dan selainnya dengan sanad yang baik).

Apakah kita tahu, bahwa obat dari keikhlasan adalah dengan memutuskan ketamakan terhadap dunia, dan semata-mata mengharapkan akhirat, hingga hal itu lebih mendominasi dalam hati kita?
Apakah kita tahu, sekian banyak amalan yang kecil bernilai besar di sisi Allah karena niat, dan berapa banyak amalan yang besar bernilai kecil di sisi-Nya karena niat pula?

Seorang ulama disebutkan di sisi Imam Ahmad rahimahullah sedangkan beliau dalam keadaan duduk bersandar. Maka beliau pun segera memperbaiki duduknya sambil berkata, “Tidak layak jika orang-orang shaleh disebutkan namanya sedangkan kita duduk bersandar.”

Imam At-Tirmidzi berkata, “Tidak seorang imam besar pun yang selamat dari kesalahan dan kekeliruan.”

Maka bagaimana dengan para ulama dan duat di zaman ini? Dan bagaimana pula dengan Anda, wahai pemberi nasihat yang mulia?
2. Dahulukan Persangkaan Baik
Wajib mendahulukan persangkaan baik kepada sesama kaum Muslimin, khususnya para ulama dan duat. Sebagaimana firman Allah سبحانه وتعلى, artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Mahapenerima Taubat lagi Mahapenyayang.” (QS. Al Hujurat: 12).

Dari Abu Hurairah, Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda,

]إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ[

“Berhati-hatilah kalian terhadap buruk sangka, karena buruk sangka adalah perkataan yang paling dusta.” (Muttafaqun ‘alaihi). Wallahu Waliyyut Taufiq. Insya Allah bersambung, dari berbagai sumber (Al Fikrah)

http://www.wahdah.or.id

Juli 20, 2009 Posted by | Uncategorized | Tinggalkan komentar

Deja Vu dan Asal-Usulnya

Deja Vu dan Asal-Usulnya

Diambil dari xnet.kp.org.

Hampir semua dari kita pernah mengalami apa yang dinamakan deja vu: sebuah perasaan aneh yang mengatakan bahwa peristiwa baru yang sedang kita rasakan sebenarnya pernah kita alami jauh sebelumnya. Peristiwa ini bisa berupa sebuah tempat baru yang sedang dikunjungi, percakapan yang sedang dilakukan, atau sebuah acara TV yang sedang ditonton. Lebih anehnya lagi, kita juga seringkali tidak mampu untuk dapat benar-benar mengingat kapan dan bagaimana pengalaman sebelumnya itu terjadi secara rinci. Yang kita tahu hanyalah adanya sensasi misterius yang membuat kita tidak merasa asing dengan peristiwa baru itu.

Keanehan fenomena deja vu ini kemudian melahirkan beberapa teori metafisis yang mencoba menjelaskan sebab musababnya. Salah satunya adalah teori yang mengatakan bahwa deja vu sebenarnya berasal dari kejadian serupa yang pernah dialami oleh jiwa kita dalam salah satu kehidupan reinkarnasi sebelumnya di masa lampau. Bagaimana penjelasan ilmu psikologi sendiri?

Terkait dengan Umur dan Penyakit Degeneratif

Pada awalnya, beberapa ilmuwan beranggapan bahwa deja vu terjadi ketika sensasi optik yang diterima oleh sebelah mata sampai ke otak (dan dipersepsikan) lebih dulu daripada sensasi yang sama yang diterima oleh sebelah mata yang lain, sehingga menimbulkan perasaan familiar pada sesuatu yang sebenarnya baru pertama kali dilihat. Teori yang dikenal dengan nama “optical pathway delay” ini dipatahkan ketika pada bulan Desember tahun lalu ditemukan bahwa orang butapun bisa mengalami deja vu melalui indra penciuman, pendengaran, dan perabaannya.

Selain itu, sebelumnya Chris Moulin dari University of Leeds, Inggris, telah menemukan pula penderita deja vu kronis: orang-orang yang sering dapat menjelaskan secara rinci peristiwa-peristiwa yang tidak pernah terjadi. Mereka merasa tidak perlu menonton TV karena merasa telah menonton acara TV tersebut sebelumnya (padahal belum), dan mereka bahkan merasa tidak perlu pergi ke dokter untuk mengobati ‘penyakit’nya karena mereka merasa sudah pergi ke dokter dan dapat menceritakan hal-hal rinci selama kunjungannya! Alih-alih kesalahan persepsi atau delusi, para peneliti mulai melihat sebab musabab deja vu ke dalam otak dan ingatan kita.

Baru-baru ini, sebuah eksperimen pada tikus mungkin dapat memberi pencerahan baru mengenai asal-usul deja vu yang sebenarnya. Susumu Tonegawa, seorang neuroscientist MIT, membiakkan sejumlah tikus yang tidak memiliki dentate gyrus, sebuah bagian kecil dari hippocampus, yang berfungsi normal. Bagian ini sebelumnya diketahui terkait dengan ingatan episodik, yaitu ingatan mengenai pengalaman pribadi kita. Ketika menjumpai sebuah situasi, dentate gyrus akan mencatat tanda-tanda visual, audio, bau, waktu, dan tanda-tanda lainnya dari panca indra untuk dicocokkan dengan ingatan episodik kita. Jika tidak ada yang cocok, situasi ini akan ‘didaftarkan’ sebagai pengalaman baru dan dicatat untuk pembandingan di masa depan.

Menurut Tonegawa, tikus normal mempunyai kemampuan yang sama seperti manusia dalam mencocokkan persamaan dan perbedaan antara beberapa situasi. Namun, seperti yang telah diduga, tikus-tikus yang dentate gyrus-nya tidak berfungsi normal kemudian mengalami kesulitan dalam membedakan dua situasi yang serupa tapi tak sama. Hal ini, tambahnya, dapat menjelaskan mengapa pengalaman akan deja vu meningkat seiring bertambahnya usia atau munculnya penyakit-penyakit degeneratif seperti Alzheimer: kehilangan atau rusaknya sel-sel pada dentate gyrus akibat kedua hal tersebut membuat kita sulit menentukan apakah sesuatu ‘baru’ atau ‘lama’.

Menciptakan ‘Deja Vu’ dalam Laboratorium

Salah satu hal yang menyulitkan para peneliti dalam mengungkap misteri deja vu adalah kemunculan alamiahnya yang spontan dan tidak dapat diperkirakan. Seorang peneliti tidak dapat begitu saja meminta partisipan untuk datang dan ‘menyuruh’ mereka mengalami deja vu dalam kondisi lab yang steril. Deja vu pada umumnya terjadi dalam kehidupan sehari-hari, di mana tidak mungkin bagi peneliti untuk terus-menerus menghubungkan partisipan dengan alat pemindai otak yang besar dan berat. Selain itu, jarangnya deja vu terjadi membuat mengikuti partisipan kemana-mana setiap saat bukanlah hal yang efisien dan efektif untuk dilakukan. Namun beberapa peneliti telah berhasil mensimulasikan keadaan yang mirip deja vu.

Seperti yang dilaporkan LiveScience, Kenneth Peller dari Northwestern University menemukan cara yang sederhana untuk membuat seseorang memiliki ‘ingatan palsu’. Para partisipan diperlihatkan sebuah gambar, namun mereka diminta untuk membayangkan sebuah gambar yang lain sama sekali dalam benak mereka. Setelah dilakukan beberapa kali, para partisipan ini kemudian diminta untuk memilih apakah suatu gambar tertentu benar-benar mereka lihat atau hanya dibayangkan. Ternyata gambar-gambar yang hanya dibayangkan partisipan seringkali diklaim benar-benar mereka lihat. Karena itu, deja vu mungkin terjadi ketika secara kebetulan sebuah peristiwa yang dialami seseorang serupa atau mirip dengan gambaran yang pernah dibayangkan.

LiveScience juga melaporkan percobaan Akira O’Connor dan Chris Moulin dari University of Leeds dalam menciptakan sensasi deja vu melalui hipnosis. Para partisipan pertama-tama diminta untuk mengingat sederetan daftar kata-kata. Kemudian mereka dihipnotis agar mereka ‘melupakan’ kata-kata tersebut. Ketika para partisipan ini ditunjukkan daftar kata-kata yang sama, setengah dari mereka melaporkan adanya sensasi yang serupa seperti dejavu, sementara separuhnya lagi sangat yakin bahwa yang mereka alami adalah benar-benar deja vu. Menurut mereka hal ini terjadi karena area otak yang terkait dengan familiaritas diganggu kerjanya oleh hipnosis.

Sumber:

  • Some Imagination! How Memory Fails Us – LiveScience
  • Patients Suffer Deja Vu… Over and Over – LiveScience
  • Blind Man Has Deja Vu, Busting a Myth – LiveScience
  • Origin of Deja Vu Pinpointed – LiveScience

Juli 9, 2009 Posted by | Uncategorized | Tinggalkan komentar

Memenangkan Hati Customer berarti Memenangkan Bisnis

Memenangkan Hati Customer berarti Memenangkan Bisnis

Ketika sedang melakukan searching artikel motivasi di internet, mata dan hati saya tertarik untuk membaca sebuah judul yang sangat inspiratif “Memenangkan Hati Customer, Memenangkan bisnis di 2009”. Tulisan itu berasal dari sebuah blog milik seorang Praktisi, Penulis, dan Pembicara Di Bidang Manajemen Korporasi yang bernama Djajendra. Berikut isi artikelnya :

“Memenangkan Hati Customer, Memenangkan bisnis di 2009”

Kalau Anda rajin mengikuti berita-berita nasional dan internasional, Anda pasti merasa was-was dan ragu menghadapi prospek bisnis Anda di 2009. Sebab, ada begitu banyak ramalan dan prediksi ekonomi yang cendrung menakut-nakuti setiap pengusaha. Yang perlu dipahami saat ini adalah bagaimana caranya di tahun 2009 Anda mampu memenangkan hati customer, agar penjualan Anda mencapai target yang optimal. Saatnya Anda berkomitmen bahwa tahun 2009 adalah tahun menjual. Mulailah semua rencana dan strategi bisnis Anda dengan fokus untuk menjual produk dan jasa secara terus-menerus, dengan segenap potensi dan kekuatan dari sumber daya yang Anda miliki.
Jangan bilang nasehat saya ini teori, tapi miliki keyakinan untuk berkonsentrasi dan berjuang secara total untuk menjual secara optimal. Hanya dengan menjual Anda dapat terhindar dari berbagai macam prediksi dan ramalan negatif. Jadi, tetaplah semangat, tetaplah percaya diri, tetaplah yakin, dan tetaplah berantusias, untuk menjual produk dan jasa Anda dengan strategi dan langkah-langkah jitu yang kreatif. Jangan pernah bilang ini semua tak mungkin, tapi bilanglah ini semua mungkin dan bisa Anda kerjakan. Anda adalah pejuang bisnis sejati, pejuang bisnis sejati tidak akan takut digertak oleh ramalan dan prediksi buruk; pejuang bisnis sejati selalu bekerja keras untuk memenangkan semua tugas dan tanggungjawab; pejuang bisnis sejati tidak pernah terkulai lemah, serta takut untuk menghadapi berbagai berita negatif, yang merusak semangat dan rasa percaya diri sumber daya manusia. Anda adalah seorang pejuang bisnis sejati, yang selalu harus bangkit dan menyusun kekuatan untuk menjawab semua hambatan dan tantangan yang ada. Jangan pusingkan diri Anda dengan berbagai berita buruk, tapi fokuskan semua energi dan kekuatan untuk menjual sambil memenangkan hati customer. Ingat, semakin banyak Anda bisa menjual, semakin jauh krisis dari bisnis Anda. Berilah inspirasi-inspirasi penuh semangat kepada semua sumber daya manusia, untuk meraih kesuksesan dengan cara menyingkirkan semua prediksi dan ramalan negatif di tahun 2009. Yakinkan diri Anda bahwa dengan berfokus dan berkonsentrasi pada penjualan, Anda pasti akan meraih sukses yang luar biasa besar. (http://djajendra.blog.co.uk.)

Bagi saya, tulisan Djajendra di atas sangat menarik dan inspiratif. Bagaimana tidak, di masa krisis seperti ini orang-orang di seantero dunia merasa cemas dan mengkhawatirkan dampak sosial yang akan terjadi jika kondisi ekonomi di tahun 2009 sampai 2010 akan semakin memburuk. Apalagi berita-berita di media massa tentang prediksi-prediksidari para pakar ekonomi justru lebih banyak pesimis daripada optimis. Ditambah lagi berita tentang PHK di berbagai perusahaan ternama dan besar, sehingga hal-hal seperti ini semakin membuat masyarakat dunia terutama para pegawai atau karyawan. Padahal yang dibutuhkan saat ini adalah penguatan dan pencerahan sehingga para pegawai atau karyawan tetap optimis, inovatif dan sehat dalam berpikir. Maka tidak sepantasnya jika saat ini kita harus bingung dan khawatir berlarut-larut memikirikan akibat yang akan ditimbulkan dari krisis global ini sehingga justru akan mematikan ide dan semangat kerja kita. Krisis ini adalah tantangan buat kita. Mau tidak mau, kita harus melewatinya. Orang yang menyukai tantangan adalah orang yang menyukai keberhasilan. Memang rasa pesimis tidak bisa hilang begitu saja. Apalagi saat ini banyak pelanggan kita yang terguncang dengan krisis ini dan kemudian berusaha melakukan cutting cost yang ujung-ujungnya menyebabkan penggunaan produk dan jasa kita jadi berkurang.

Tapi jangan karena keadaan seperti itu, kita kemudian tidak memiliki semangat untuk tetap melakukan pendekatan dan penawaran kepada pelanggan maupun calon pelanggan. Berikut beberapa hal yang penting dilakukan untuk bisa memenangkan bisnis di tengah krisis ini khususnya bagi perusahaan penjual jasa dan produk :

1. Membuka jaringan bisnis seluas-luasnya

Bukalah jaringan bisnis seluas-luasnya karena dengan membuka jaringan bisnis seluas-luasnya, maka kesempatan untuk menjual produk akan semakin besar pula. Jangan hanya mengandalkan keunggulan produk tanpa adanya usaha untuk memperluas jaringan bisnis. Apalagi jika usaha untuk melakukan pendekatan dan penawaran produk kepada pelanggan sangat lemah, suatu hal yang mustahil akan meningkatkan penjualan. Perlu dipahami bahwa perluasan jaringan bisnis bukan hanya tugas orang-orang marketing atau sales saja tetapi semua lini hendaknya mengambil bagian yang tentunya disesuaikan dengan kapasitas dan kemampuan setiap individu. Minimal sebagai sumber informasi atau informan. Dan informasi inilah yang kemudian akan ditindaklanjuti oleh team Sales dan Marketing atau orang-orang yang berkompeten untuk itu. Oleh sebab itu perlu penanaman wawasan kepada semua karyawan tentang pentingnya sebuah jaringan bisnis sehingga karyawan bisa memanfaatkan potensi yang dia miliki namun tetap mengedepankan cara-cara yang sehat dan kompetitif.

2. Meningkatkan Kualitas Pelayanan Pelanggan.

Banyak cara yang bisa dilakukan dalam hal melayani pelanggan dengan baik Tersenyum saja ketika bertemu pelanggan itu sudah merupakan bentuk pelayanan. Atau ketika ada pelanggan yang membutuhkan informasi atau menyampaikan keluhan, baik secara langsung ,melalui email, maupun melalui telephone, kemudian kita melayani dengan penuh empati, ini juga merupakan bagian dari pelayanan yang baik. Mulailah melayani pelanggan dari hal yang paling kecil meskipun itu hanya dengan memberikan sebuah senyum. Jika senyum itu tulus, niscaya akan memberikan kesan yang dalam bagi orang yang diberikan senyum. Hindari berdebat atau menyalahkan pelanggan dengan cara yang kasar sehingga menyebabkan dia tersinggung. Hal ini akan menyebabkan pelanggan tidak simpatik dan pergi meninggalkan kita. Ingat bahwa diri kita akan menjadi image perusahaan di mata customer. Image baik atau buruk tergantung bagaimana kita berperilaku di mata pelanggan. Semakin bermutu pelayanan kita maka akan semakin mendekatkan hati pelanggan kepada kita.

3. Meningkatkan Kualitas Pekerjaan.

Pekerjaan yang berkualitas akan memberikan kepuasan bagi pelanggan. Karena semakin berkualitas pekerjaan kita sebagai penyedia layanan maka akan semakin menambah keuntungan pelanggan. Baik dari segi daya tahan, penghematan biaya, efisiensi waktu dan lain-lain. Untuk itu perlu usaha yang maksimal dan berkelanjutan dalam memperbaiki kualitas pekerjaan kita.

4. Menigkatkan Kerjasama Team atau Teamwork.

Banyak artikel, ceramah, training dan lain sebagainya berkaitan dengan pentingnya kerjasama team ini. Memang tidak semudah membalik telapak tangan untuk mendapatkan sebuah kerjasama team yang baik. Tetapi jika ada komitmen yang kuat untuk mencapainya, niscaya hasilnya akan terlihat.

Sulit dipercaya jika ada orang yang mengatakan bahwa meraih sukses itu bisa dilakukan seorang diri. Sukses tidak terjadi di ruang hampa. Sukses memerlukan kerja sama dan bantuan orang lain. Sukses terjadi akibat persinggungan dan persentuhan kita dengan pihak lain.

Kalau kita melihat latar belakang suksesnya perusahaan internet terbesar saat ini seperti Google dan Yahoo, pendirinya itu tidak sendiri. Demikian juga perusahaan software terbesar Microsof di mana penemunya adalah Bill Gates dan Paul Allen yang saling mengenal saat masih SMP. Saat itu pun mereka sudah mahir membuat software. Lalu saat kuliah di Universitas Harvard, Bill Gates bertemu dengan Steve Ballmer. Ketiga orang itu yang kemudian saling bekerjasama dan membesarkan Microsoft sampai sukses seperti sekarang ini. Dari sini kita bisa menarik kesimpulan bahwa Tidak ada sejarahnya sebuah bisnis yang berhasil hanya dikelola sendirian. Di belakang sebuah usaha yang sukses, pastilah berdiri kumpulan orang yang mendukung bisnis itu. Dan kumpulan orang itulah yang dinamakan Team.

Dari gambaran tentang suksesnya Google dan Yahoo di atas sebagai pencerahan buat kita bawah untuk mencapai sukses dibutuhkan kerja team. Karena di dalam team terdiri dar beberapa orang yang tentunya memiliki potensi, pikiran dan ide yang berbeda. Jika ketiga hal ini dikumpulkan dari orang-orang di dalam team kita untuk mencapai suatu goal atau target, maka kesulitan apapun kita bisa melaluinya.

Juli 9, 2009 Posted by | Uncategorized | Tinggalkan komentar

Pengaruh Berpikir Positif dan Negatif dalam kehidupan sehari-hari

Pengaruh Berpikir Positif dan Negatif dalam kehidupan sehari-hari

Para ahli motivasi dan kesehatan berpendapat bahwa berfikir positif akan melahirkan kebiasaan-kebiasaan positif seperti : jiwa yang selalu optimis, percaya diri, kreatif dan lain sebagianya. Sebaliknya pikirin negatif akan melahirkan kebiasaan-kebiasaan negative pula seperti : jiwa yang pesimis, rendah diri, reaktif dan lain-lain.

Terkait dengan berfikir positif dan negative ini, seorang imuwan Jepang yang bernama Dr. Masaru Emoto, menulis sebuah buku yang berjudul “The True Power of Water”. Dalam buku ini dibahas mengenai hasil penemuannya setelah melakukan penelitian terhadap air. Bersama temannya seorang ilmuwan yang ahli mikroskop bernama Kazuya Ishibashi berhasil mendapatkan foto-foto kristal air pertama di dunia dengan reaksi atau respons terhadap kata-kata yang diucapkan manusia baik yang positif maupun negatif. Sebelumnya air dibekukan pada suhu -25 derajat celcius.

Dari penelitan Masaru Emoto itu didapatkan bahwa  air mampu merespon kata-kata negatif maupun posistif. Jika kita mengatakan kepada air kata-kata “Cinta atau terimakasih” maka hasil foto kristal air membentuk segi enam yang indah. Sebaliknya jika kita mengatakan kepada air “kamu bodoh” maka kristal air justru membentuk gambar yang jelek sekali. Dan ketika dibacakan do’a maka kristal air membentuk gambar yang sangat indah. Kesimpulannya bahwa air memiliki respon terhadap kata-kata sama halnya seperti manusia. Mengapa? Tubuh kita sendiri terdiri dari 70% air. Jika kita memiliki pikiran negatif maka air dalam tubuh kita juga akan membentuk pola yang negatif. Akibatnya malah bisa menimbulkan penyakit atau masalah lainnya.

Berikut gambar kristal air dengan beberapa perlakuan :

1

Gambar Kristal air tanpa perlakuan

2

Gambar Kristal air jika kita mengucapkan kata-kata kebaikan

3

Gambar kristal air ketika diberi doa

4

Gambar Kristal air jika kita mengucapkan kata-kata yang tidak baik

Dari hasil Penelitian ini maka kita bisa menarik kesimpulan bahwa bahwa ucapan, pikiran dan perbuatan yang tidak baik ternyata mampu mengalirkan energi negatif yang merubah segala sesuatunya menjadi tidak baik.

Menurut para ahli kesehatan bahwa stress ternyata memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap timbulnya penyakit karena pikiran yang stress akan memancarkan gelombang energi negatif ke seluruh tubuh. Sebaliknya jika kita berfikir positif, maka energi positif akan memancarkan gelombang energi yang posisitif sehingga kesehatan akan semakin baik karena air dalam tubuh kita akan membentuk pola energi yang baik juga. Demikian gelombang energi positif ini akan mempengaruhi lingkungan sekitar kita hingga berdampak positif bagi kita. Hasilnya adalah kesuksesan hanya akan terjadi jika kita berpikiran positif.

Bagaimana jika kita memiliki kebiasaan atau perangai yang buruk? Tentunya orang-orang yang disekitar kita akan banyak mencemooh, membenci, mengumpat, bahkan mungkin ada orang yang akan mendo’akan hal-hal buruk agar menimpa diri kita. Dan sebaliknya jika kita memiliki kebiasaan dan akhlak yang baik maka orang-orang di sekitar kita akan mencintai, menyayangi dan mendo’akan untuk hal-hal yang baik.

Dengan membiasakan diri berpikir positif, maka sesungguhnya kita akan mampu menghambat energi negatif yang akan menghantam diri kita, entah berupa penyakit stress, maupun yang lainnya. Hal ini telah dibuktikan pula bahwa air yang telah diberi doa/kalimat positif ternyata masih tetap membentuk kristal meski kemudian diperdengarkan kata-kata negatif.

Untuk menjadi positif maka kita harus memiliki pikiran dan kebiasaan yang positif. Memang tidak semudah membalik telapak tangan. Tetapi untuk berhasil, kita harus mencoba dan mencoba lagi. Kita tidak boleh menyerah. Kita harus sabar. Kita harus tetap bersemangat dan perlu komitment yang sungguh-sunggu dalam diri untuk mencapai hal itu. Sebagaimana menurut Stephen R Covey dalam bukunya the seven habits bahwa ”Kebiasaan sulit berubah, tetapi bisa dirubah dengan komitmen yang sungguh-sungguh.”. Kebiasaan adalah aktivitas yang dikerjakan tanpa perlu berpikir dulu

Jadi tunggu apa lagi !?? berpikirlah positif mulai sekarang dan tularkanlah energi positif itu kepada orang-orang di sekeliling kita seperti keluarga, rekan kerja, dan lingkungan kita.

Sumber :

–         Buku “The True Power of Water” (Dr. Masaru Emoto)

–         The Seven Habits (Stephen R Covey)

–         Kutipan dari berbagai sumber


Juli 9, 2009 Posted by | Uncategorized | Tinggalkan komentar

Apakah anda mencintai pekerjaan anda?

Apakah anda mencintai pekerjaan anda?

Konon pada tahun 1998 Wall Street Journal pernah membuka polling untuk menjaring pendapat umum tentang bagaimana orang menerima pekerjaan atau profesi yang saat ini dimiliki. Hasilnya, lebih dari 50 % responden menyatakan akan meninggalkan pekerjaan yang saat ini di tangan apabila (andaikan saja) mereka memiliki kesempatan untuk pindah atau ada peluang untuk ganti pekerjaan / profesi (Warshaw: 1998).

Hasil polling ini meskipun belum tentu mutlak benar atau mungkin belum mewakili pekerja secara keseluruhan, tetapi oleh beberapa pakar pengembangan karir dijadikan petunjuk untuk bahwa ternyata banyak sekali orang yang tidak mencintai apa yang dilakukan, tidak mencintai profesi atau pekerjaan yang saat ini dimiliki.

Hasil wawancara yang dilakukan oleh Doris Lee McCoy, Ph.D penulis buku “Mega Traits for Successful People” (Career Life Institute: 1994) terhadap 1000 orang Amerika yang berprestasi tinggi di bidangnya, ternyata urusan mencintai pekerjaan ini menduduki urutan pertama, yang membedakan antara mereka dengan kebanyakan orang di lingkungannya. Secara keseluruhan, mereka yang berprestasi tinggi itu menikmati apa yang dilakukan (enjoy their work) dengan sepenuh hati (total involvement).

Studi ilmiah membuktikan, bahwa penyebab utama mengapa kita tidak sanggup mencintai pekerjaan adalah konflik diri. Ini bukan masalah ada gejolak dan tidak ada gejolak, sebab tidak mungkin orang hidup tanpa gejolak. Dari mana konflik-diri ini muncul? Masih merujuk pada hasil temuan yang sama, konflik diri ini dimunculkan oleh mandeknya roda pengembangan diri (developmental process factors). Kalau kita berhenti mengembangkan diri kita, entah itu melalui pekerjaan atau pendidikan, maka cepat atau lambat kita akan diterpa oleh konflik diri, seiring dengan bertambahnya kebutuhan dan keinginan kita.

Ada beberapa hal yang mungkin bisa kita lakukan agar kita terhindar dari menurunnya rasa cinta kita kepada pekerjaan :

1. Menambah Keinginan

Kalau dulu kita pernah punya keinginan untuk menjadi karyawan atau keinginan untuk memiliki sesuatu dan hari ini keinginan itu sudah kita wujudkan, maka kita perlu meningkatkan lagi standar keinginan itu ke tingkat yang lebih di atas yang kira-kira secara rasional bisa kita capai, misalnya saja menjadi supervisor atau manager, supaya kemandekan tidak mudah menguasai kita. Keinginan pada dasarnya adalah motivasi penggerak yang mendorong niat kita untuk berprestasi.

Tetapi yang perlu kita catat adalah pentingnya kesadaran untuk membuat manajemen aktivitas yang diarahkan untuk mencapai sasaran yang diinginkan, baik jangka pendek  maupun jangka panjang serta aktivitas yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah.

2. Menambah Pengetahuan dan Kemampuan

Mungkin kalau sekedar menambah keinginan untuk menjadi atau untuk memiliki sesuatu adalah mudah dan sudah dilakukan oleh hampir semua orang. Tetapi yang tidak dilakukan oleh hampir semua orang atau bahkan hanya dilakukan oleh sedikit orang adalah berusaha menambah pengetahuan dan kemampuan untuk digunakan sebagai alat mewujudkan keinginan itu.

Fungsi pengetahuan dan kemampuan bagi keinginan kita adalah memberikan lebih banyak pilihan strategi dalam mewujudkan keinginan yang tidak hanya itu-itu saja. Bertambahnya pengetahuan dan kemampuan kita akan memperbaharui diri kita. Selain itu, akan semakin memudahkan kita menerima tantangan pekerjaan yang lebih besar dengan tanggung jawab dan penghasilan yang lebih besar pula.

3. Menambah Rasa Percaya Diri

Banyak orang yang mempunyai keinginan dan ditunjang oleh pengetahuan dan kemampuan yang cukup namun mereka tidak memeiliki rasa percaya diri atau keberanian untuk menerima tantangan dalam pekerjaan. Misalnya ketika ada peluang untuk naik ke posisi yang lebih tinggi, tetapi karena tidak memiliki rasa percaya diri maka kesempatan itu menjadi hilang begitu saja. Cara mudah untuk menambah rasa percaya diri adalah dengan tidak memandang rendah diri kita. Parameter yang paling baik untuk mengukur kemampuan kita adalah orang-orang di sekeliling kita seperti keluarga, teman, rekan kerja dan atasan kita. Jika orang-orang itu telah memberikan sinyal akan kemampuan kita maka kesempatan buat kita untuk membuktikannya. Ingat bahwa kesuksesan orang-orang besar tidak didapatkan begitu saja tetapi dimulai dengan keberanian untuk memulai.

Sebagai kesimpulan bahwa ketiga hal di atas hanyalah sebagian kecil dari berbagai hal yang bisa dilakukan agar kita bisa meningkatkan rasa cinta kita kepada pekerjaan. Kecintaan kita kepada pekerjaan adalah faktor utama untuk meraih sukses yang kita harapkan.

Herman Chain menyimpulkan: “Kesuksesan bukanlah kunci kebahagian. Kebahagianlah yang menjadi kunci kesuksesan. Jika kamu mencintai apa yang kamu lakukan maka kamu akan sukses.” Puisi cinta mengatakan: “Anda tidak mencintai seorang wanita karena dia cantik tetapi si dia akan menjadi cantik karena anda mencintainya.” Benarkah begitu..? Tanyakan pada diri anda.

Dikutip dari :

http://www.e-psikologi.com dan berbagai sumber

.

Juli 9, 2009 Posted by | Uncategorized | Tinggalkan komentar

Tips Berbicara di depan Orang Banyak

Tips Berbicara di depan Orang Banyak

Bicara didepan orang banyak bolehdibilang susah-susah gampang. Seorang penulis handal pun kadang masih seringbelepotan dan terkesan tak mampu bicara didepan banyak orang, padahal kalausedang menulis jagonya minta ampun.

Bicara memang ada seninya,sebagian kalangan percaya bahwa ada dua jenis kepandaian komunikasi yangdimikili manusia yakni komunikasi lisan dan tulisan. Baiklah mari kita tinggalkan komunikasi tulisan dan beranjak pada seni komunikasi lisan atau verbal.

Berikut beberapa tips berbicaradidepan banyak orang :

  1. Jika anda seorang yang pemalu, pertama-tama singkirlah rasa malu Anda jauh-jauh. Bagaimana caranya terserah Anda, jika rasa malu bersumber dari  penampilan misalnya, baju, atau rambut. Segera perbaiki, lalu mulailah maju ke depan.  99 persen kesuksesan berbicara di depan orang adalah mengalami rasa malu, minder atau sungkan.
  2. Jika anda bukan orang pemalu dan mampu menyingkirikan rasa malu, 99 persen Anda sudah mampu bicara didepan banyak orang.
  3. Persiapan. Lakukan persiapan sebaik mungkin, belajar bicara sebentar didepan kaca bisa membantu. Atau buat catatan kecil sebagai panduan agar omongan Anda tidak melebar
  4. Sering membaca buku humor, lho kok? Betul ini termasuk penting, kenapa? Diharapkan anda mampu menyelipkan suasana humor disela omongan anda agar suasana menjadi sersan alias serius tapi santai
  5. Gaya bicara, tak perlu berpatokan dengan gaya bicara tertentu, cukup percaya dirilah dengan gaya bicara anda, namun sebaiknya berikan tekanan intonasi pada kalimat-kalimat yang krusial atau penting
  6. Bahasa tubuh. Gunakan bahasa tubuh dengan baik dan tak berlebihan. Misalnya jika ingin menunjuk sesuatu atau seseorang gunakan jari jempol tangan, jika ingin memberi semangat, jangan ragu-ragu mengepalkan tangan. Gerakan tubuh juga perlu dilakukan untuk menambah “daya gedor” pembicaraan anda.
  7. Pandangan mata. Sapulah pandangan anda ke seluruh audiens, jangan hanya terpaku pada satu titik. Audiens akan merasa dihargai jika sesekali Anda menoleh kepadanya
  8. Cocokan waktu, tempat dan jenis audiens. Jangan sampai salah menyesuaikan materi.

http://www.kabarinews.com

Juli 8, 2009 Posted by | Uncategorized | Tinggalkan komentar

BAGI PENULIS PEMULA

BAGI PENULIS PEMULA

Ulasan singkat ini diinspirasi oleh “curhat” seorang pembaca Kabar Indonesia yang kuliah S-2 di Amerika. Katanya ingin sekali menuliskan apa yang ada di dalam pikirannya. Tetapi berkali-kali mencoba menuangkannya di kertas atau di komputer, berkali-kali juga ia “merasa” gagal. Ini hal yang lumrah dan sangat manusiawi. Hampir semua orang mengalami situasi seperti itu. Jadi, bila Anda mengalami hal yang sama, jangan sedih. Anda tidak sendirian.

Tulisan ini ditujukan bagi Anda, penulis pemula atau penulis orang biasa. Memang ia tidak dimaksudkan untuk mengajari Anda hingga tuntas dan menjadi penulis yang diidolakan di mana-mana. Ini sekedar menjadi panduan awal untuk “memecah” kebuntuan saat Anda para pemula mulai duduk dan menuliskan sesuatu. Yang pasti, kemauan membara di dalam dada untuk menuangkan ide di pikiran Anda ke dalam bentuk tulisan, sesederhana apapun ide itu, sudah menjadi modal awal yang paling ampuh dalam mengatasi masalah yang dihadapi. Oleh karena itu, saat ada kemauan menulis muncul di hati, silahkan ambil kertas dan pinsil atau pena, atau bagi yang punya komputer silahkan dengan komputer, dan mulailah menulis.

Ketika Anda siap untuk menuangkan tulisan, ingat-ingatlah satu hal: tulisan tidak perlu panjang-panjang belasan paragraf. Dua atau tiga alinea sudah cukup. Pembaca justru lebih senang membaca berita yang singkat-singkat. Yang paling penting adalah mereka mendapat informasi dari bacaannya. Untuk itu, berilah pembaca informasi tentang apa yang ada di pikiran Anda. Umumnya, informasi yang diinginkan seseorang terdiri dari lima unsur, yang disingkat dengan formula 4W+1H. Bila Anda sudah bisa menjawab pertanyaan seputar 4W+1H, maka sukseslah Anda sebagai penulis, setidaknya penulis berita.

Pertama, pertanyaan what atau apa? Peristiwa atau masalah apa yang akan Anda sampaikan ke Pembaca. Sampaikan saja seperti seorang menceritakan kejadian yang dilihatnya. Mungkin dalam 2 atau 3 kalimat sudah cukup.

Kedua, pertanyaan where atau dimana? Dimana peristiwa itu terjadi. Dalam menceritakan tempat kejadian, pasti akan panjang apabila Anda secara detil menunjukkan tempatnya. Semisal di jalan apa, nomor berapa, keadaan tempat itu sepi atau ramai, apa objek yang bisa dijadikan penanda tentang tempat itu, misalnya dekat kantor polisi, gedung tua, perkebunan teh, kaki gunung atau apa saja yang masyarakat banyak tahu.

Ketiga, pertanyaan who atau siapa? Cerita kita tentu akan bersangkut-paut dengan benda, terutama orang, tapi tidak harus. Binatang yang jadi objek berita Anda juga tergolong dalam kriteria siapa. Demikian juga dengan tanaman, atau mungkin objek benda mati, seperti saat menceritakan istana kerajaan, kebun apel, dan lain-lain. Akan tetapi, walaupun yang menjadi objek itu adalah binatang, tumbuhan, dan benda mati, pada akhirnya kita juga perlu menginformasikan siapa orang-orang yang terkait dengan objek cerita Anda.

Keempat, pertanyaan when atau kapan? Lebih detil menceritakan waktu kejadian perkara, tentunya akan lebih baik. Dan lagi akan lebih memperpanjang kalimat-kalimat Anda. Jadi, keakuratan pengingatan “jam tayang” kejadian akan amat membantu Anda dalam menuliskan beritanya. Mungkin akan lebih membantu juga, bila waktu kejadian itu dihubungkan dengan waktu kejadian perkara yang lain. Semisal, kejadiannya hari ini Anda hubungkan dengan kejadian serupa di minggu yang lalu, di tahun lalu, dan seterusnya.

Kelima, pertanyaan how atau bagaimana? Banyak orang mengawinkan pertanyaan bagaimana dengan pertanyaan mengapa (why). Kita sederhanakan dengan mengartikan keduanya dalam satu kriteria saja. Menceritakan suatu kejadian yang dialami sendiri akan lebih mudah daripada menuliskan kejadian yang dialami oleh orang lain. Untuk itu, biasanya perlu bertanya pada orang yang menjadi objek cerita. Di sinilah peran penulis mewawancara sumber berita dibutuhkan. Jika tidak perlu wawancara, maka uraikan saja proses kejadian itu yang Anda ketahui. Kalau proses peristiwanya berdurasi cukup lama, tentunya tulisan Anda menjelaskan “bagaimana” akan menjadi panjang juga. Semakin lengkap akan semakin bagus.

Berikut contoh sebuah berita untuk sekedar jadi panduan para pendatang baru di dunia jurnalistik. Berita ini diurutkan mulai dari pertanyaan apa hingga unsur bagaimana. Anda bisa membolak-baliknya sesuai kebutuhan atau penekanan yang diinginkan. Namun umumnya pembaca ingin menerima informasi tentang “apa” terlebih dahulu, baru kemudian disusul informasi lanjutannya.

——
Judul berita: Perkawinan Massal di Desa Kibarnesia

Perkawinan adalah sesuatu yang diinginkan oleh hampir semua orang. Banyak orang malah ingin cepat-cepat menikah setelah ketemu pasangan atau jodohnya. Mereka berhasrat untuk berkeluarga dan membangun rumah tangga yang bahagia. Demikianlah juga bagi para warga desa Kibarnesia yang melangsungkan pernikahannya beberapa waktu lalu. (Unsur pertama: apa? Jawabannya: perkawinan).

Desa Kibarnesia adalah sebuah desa terpencil. Jauh dari kebisingan perkotaan. Terletak di kaki gunung KabarIndonesia yang jarang sekali dikunjungi masyarakat dari luar. Kota terdekat yang biasanya dikunjungi warga Kibarnesia untuk belanja keperluan sehari-hari adalah Kota Kandonesia. Karena jarang ada kendaraan umum, masyarakat menempuhnya dengan berjalan kaki ke kota yang biasanya membutuhkan waktu lebih dari setengah hari. (Unsur kedua: dimana? Jawabannya: desa Kibarnesia).

Umumnya Pemuda dan Pemudi di desa itu tumbuh bersama sejak masa kanak-kanak. Karena akses masyarakat ke desa itu agak sulit, maka muda-mudi di sana selalu berusaha mendapatkan jodoh dari antara sesama teman sepermainannya. Hal yang unik terjadi ketika mereka yang sebaya tersebut selalu bersepakat untuk menikah bersama-sama. Hari itu, Kanes (21) dan beberapa pasang kawannya melangsungkan pernikahan bersama atau massal. Kanes adalah lelaki bujang yang mempersunting Kirnisia (20), gadis kembang desa teman sekelasnya di sekolah dasar dulu. (Unsur ketiga: siapa? Pemuda-pemudi desa Kibarnesia. Secara khusus adalah Kanes, Kirnisia, dan kawan-kawan.)

Saat itu adalah hari Senin pahing, tanggal 3 Juli 2006, penulis bersama seorang teman berkunjung ke desa ini. Cuaca cerah sepanjang hari. Rupanya di desa itu sedang ada pesta pernikahan bagi pasangan Kanes dan kawan-kawannya. Prosesi perkawinan dimulai dari pagi menjelang siang hari. Malam harinya dilanjutkan dengan acara muda-mudi ala desa Kibarnesia. (Unsur keempat: kapan? Jawabanya: Senin pahing, tanggal 3 Juli 2006, dari pagi hingga malam hari).

Seperti layaknya pesta di tempat lain, kemeriahan juga mewarnai pesta perkawinan massal di desa terpencil itu. Dari pagi, masyarakat berbondong-bondong ke balai desa untuk persiapan prosesi perkawinan beberapa warga muda-mudi mereka. Masyarakat bekerja bergotong-royong dalam menyemarakkan pesta tersebut. Kelompok musik desa juga berpartisipasi sehingga keramaian makin menggema oleh alunan musik pengiring pasangan-pasangan mempelai yang sedang dinikahkan. Kegiatan ini berlangsung sangat meriah hingga larut malam sambil ditemani penganan, makanan dan minuman ala desa Kibarnesia. (Unsur kelima: bagaimana? Jawabannya: gotong royong dan meriah).
——-

Dari contoh di atas, kata-kata kunci yang menjadi jawaban untuk kelima unsur 4W+1H dapat diurutkan sebagai berikut:
1. What? Jawabannya: perkawinan.
2. Where? Jawabannya: di desa Kibarnesia.
3. Who? Jawabannya: Kanes dan Kirnisia.
4. When? Jawabannya: Senin, 3 Juli 2006.
5. How? Jawabannya: gotong-royong dan meriah.

Ketika Anda sudah bisa menyusun pertanyaan dan jawaban seperti ini, maka akan memudahkan dalam menuangkan beritanya dalam bentuk tulisan. Masing-masing pertanyaan tidak harus untuk satu paragraf. Bisa saja 2 pertanyaan dicakup dalam satu paragraf saja. Atau sebaliknya satu pertanyaan dituangkan dalam 2 atau 3 paragraf.

Untuk dunia pendidikan misalnya, Anda dapat mengulas kegiatan yang berlangsung di sekolah Anda. Contoh pertanyaan dapat seperti ini:

Topik atau judul : Pelatihan Ketrampilan Komputer Bagi Guru

1. What? Jawabannya: pelatihan komputer.
2. Where? Jawabannya: di SD Swasta Kibarnesia.
3. Who? Jawabannya: Guru dan Karyawan.
4. When? Jawabannya: Senin – Sabtu, 3 – 8 Juli 2006.
5. How? Jawabannya: praktek langsung menggunakan komputer.

Bagi mereka yang berminat jadi reporter olahraga atau kegiatan sejenis, semisal pementasan kejuaraan seni, lomba nyanyi, dan sebagainya, juga dapat mengikuti formula itu. Sebagai contoh, simak urutan pertanyaan dan jawaban berikut. Perlu diingat bahwa urutan itu boleh bertukar satu sama lain, yang jelas kelima unsurnya termuat dalam tulisan Anda.

Topik atau judul : Lomba Seni Lukis Antar SD di Kota Kandonesia

1. What? Jawabannya: lomba seni lukis.
2. Where? Jawabannya: di kantor walikota.
3. Who? Jawabannya: murid-murid SD.
4. When? Jawabannya: Senin, 3 Juli 2006.
5. How? Jawabannya: menggambar pemandangan menggunakan rumput kering.

Keraguan lain yang sering muncul adalah bahwa kita sering bertanya apakah ide itu layak untuk ditulis atau tidak. Hakekatnya, semua hal bisa ditulis, bagaimanapun sederhananya ide itu. Bila pernah terdengar kalimat ini “anjing gigit orang, bukan berita; orang gigit anjing, itu baru berita.” Maksud utama ungkapan itu adalah, bahwa kejadian yang terjadi berulang-ulang dan sudah biasa dianggap tidak bernilai berita. Walaupun sesungguhnya tidak selamanya benar. Menceritakan kegiatan rutin belajar-mengajar di kelas, tentu tidak menarik. Tetapi jika hari itu kegiatan belajarnya berbeda dari hari-hari lainnya, semisal dilakukan dengan mengunjungi panti jompo, maka ia bernilai berita. Demikianlah juga pada kegiatan bidang lainnya.

Kualitas tulisan akan berangsur meningkat ketika Anda selalu dan selalu tanpa henti menulis ide yang ada di pikiran Anda. Banyak membaca buku dan tulisan orang lain akan sangat membantu meningkatkan daya imajinasi penulisan berikutnya. Perlu juga dilakukan analisa dan kritik sendiri tulisan Anda, benahi disisi-sisi yang terasa masih bisa ditambahkan informasinya. Hal ini akan sangat bermanfaat bagi kemajuan para Penulis pemula.

Selamat menulis..!!!***

Wilson Lalengke – The Netherlands

Juli 8, 2009 Posted by | Uncategorized | Tinggalkan komentar

Hello world!

Welcome to WordPress.com. This is your first post. Edit or delete it and start blogging!

Juli 7, 2009 Posted by | Uncategorized | 1 Komentar